Rabu, 26 Desember 2012

KEUTAMAAN ORANG BERILMU


Di dalam al-Quran surat al-Mujadalah ayat 11 Alloh ta’ala berfirman (yang terjemahan tafsirnya):  “... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Dalam ayat tersebut Alloh ta’ala menjelaskan bahwa orang yang beriman diangkat derajatnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat beberapa derajat. Hal ini menunjukkan apresiasi tinggi yang diberikan oleh Alloh ta’ala khusus kepada orang yang berilmu.

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “satu orang alim (ahli ilmu) itu lebih berat (untuk digoda) bagi syaitan daripada 1000 orang ahli ibadah (yang tidak berilmu)” (HR. at-Tirmidzi). “Keutamaan orang berilmu dibanding orang yang ahli ibadah adalah bagaikan keutamaan rembulan mengalahkan bintang-bintang” (HR. Abu Dawud).
Orang yang alim, dengan ilmunya, ia bisa memberi pencerahan bagi orang lain. Ia bisa mengajarkan mana yang benar mana yang salah. Sedangkan seorang ahli ibadah yang rajin beribadah namun ia mengerjakannya tanpa ilmu, ia hanya akan menyesatkan orang lain karena ibadah yang ia lakukan tidak sesuai dengan syari’at atau tata cara yang sudah ditentukan dalam agama Islam.


Selain itu, di dalam kitab hadis Shohih al-Jami’ juga diterangkan bahwa Alloh ta’ala memudahkan jalan menuju surga bagi seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu.Tentu, karena dengan menuntut ilmu, seseorang akan tahu mana yang wajib mana yang haram sehingga ia akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Alloh ta’ala dan menjahui apa yang dilarang oleh Nya.

Selanjutnya, dari segi kemanfaatannya, ilmu itu ada tiga macam:

Pertama, ilmu yang tidak bermanfaat. yaitu jika seseorang mempunyai ilmu tapi ia tidak mengamalkannya sehingga ilmu itu tidak bisa memberikan faedah kepada dirinya, apalagi kepada orang lain. Contoh: seseorang mengetahui bahwa sholat itu wajib dan jika tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa. Namun ia tidak melaksanakannya. Ia tidak mengamalkan ilmunya. Nanti di akhirat, orang seperti ini akan menyesal. Sudah tahu, gak mau mengamalkan.

Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ilmu ini adalah ilmu yang diamalkan oleh pemiliknya sehingga ilmu itu menjadikan pemiliknya lebih berkualitas. Contoh: seseorang mengerti bahwa sholat itu wajib serta tahu tata caranya, kemudian ia mengamalkannya.

Ketiga ilmu yang barokah. Yaitu ilmu yang berguna bagi yang pemiliknya karena ia mengamalkannya dan juga bermanfaat bagi orang lain karena ia mengajarkannya. Contoh: seseorang mengerti ilmu sholat.  Selain ia mengamalkan ilmunya sendiri, ia juga mengajarkannya kepada orang lain sehingga mereka mengerti dan mengamalkan apa yang ia ajarkan. Ilmu seperti inilah yang merupakan salah satu amal yang pahalanya akan mengalir terus-menerus walaupun si empunya sudah meninggal dunia. 

(Oleh: Habib Ahmad, Antropologi Unair 2011)

10 Manfaat Silaturahmi dalam Islam

Silaturahmi artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan, sedangkan bersilaturahmi yaitu mengikat tali persahabatan. Jadi, untuk mengikat tali persahabatan itu kapan saja waktunya, dan tidak boleh diputuskan, harus dilanjutkan oleh anak dan keturunannya.

Kita pun sebagai umat Islam telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga hubungan silaturahmi (Q.S. An-Nisaa: 1). Sebagai umat Islam, perintah Allah SWT itu harus dipatuhi. Orang yang mematuhi perintah Allah SWT itu adalah orang yang bertakwa. Takwa artinya terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahmi dalam Islam. Maka melihat pentingnya silaturahmi tersebut, berikut merupakan 10 manfaat Silaturahmi menurut Abu Laits Samarqandi, yaitu:

1. Mendapatkan ridho dari Allah SWT.

2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda   

    Rasulullah SAW, yaitu "Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia."

3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.

4. Disenangi oleh manusia.

5. Membuat iblis dan setan marah.

6. Memanjangkan usia.

7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.

8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang   

     masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika    
     keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.

9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa 

    kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.

10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka   

      bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu 
      mendoakannya.

Demikianlah 10 manfaat dari suka bersilaturahmi,,,

Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang suka bersilaturahmi, Amin



Minggu, 23 Desember 2012

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL REMAJA


PENDAHULUAN

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi anak  yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, sudah seharusnya  menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Zakiyah Daradjat, bahawa kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.

1. Pengertian Pola Asuh orang tua
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.

Sedangkan kata asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak  kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.

Pengertian Pola Asuh Menurut Para Ahli

Banyak ahli psikologi dan sosiologi yang merumuskan pengertian dari pola asuh orang tua menurut cara pandang mereka masing masing. Adapun definisi pola asuh orang tua menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
  • Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga atau mendidik) anak (Singgih D. Gunarsa, 1991 : 108-109).
  • Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa pola asuh  orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam  mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.
  • Menurut Singgih D. Gunarso (2000: 55)   “Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan  kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan” 
  • Sam Vaknin, Ph.D (2009) mengatakan bahwa “Parenting is interaction between parent’s and children during their care”.
  • Kohn  yang dikutip Tarsis Tarmudji menyatakan “Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak- anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya”.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian pola asuh orang tua mengandung pengertian

1. Interaksi pengasuhan orang tua dengan anaknya.
2. Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya.
3. Pola perilaku orang tua untuk berhubungan dengan anak-anaknya.

Pola asuh orang tua adalah suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua sebagai bentuk dari upaya pengasuhan, pemeliharaan, menunjukan kekuasaannya terhadap anak dan salah satu tanggung jawab
orang tua dalam mengantarkan anaknya menuju kedewasaan.
Lebih jelasnya, kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.
Menurut Dr. Ahmad Tafsir seperti yang dikutip oleh Danny I. Yatim-Irwanto Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang  tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

2. Tipe-tipe Pola Asuh orang tua
Beberapa tipe atau sikap-sikap orang tua yang kurang baik, dan tidak menerapkannya dalam mendidik buah hati kita, yaitu :

a. Terlalu memanjakan
Orang tua seperti ini biasanya selalu memberikan apa yang menjadi keinginan sang anak. Memanjakan itu memang perlu agar sang bisa benar-benar merasakan bahwa orang tuanya benar-benar mencintainya. Namun bila terlalu memanjakan ternyata menimbulkan efek negative bagi sang anak. Anak yang memiliki orang tua seperti ini biasanya kurang bisa tegar dalam menghadapi segala masalah. Hal ini dikarenakan sang anak lebih sering menggantungkan segala sesuatunya pada orang tua. Bila kebiasaan orang ini terlalu dibiarkan, maka anak akan mengalami masalah dalam pergaulan. Misalnya pada saat dirinya sedang ada masalah dengan temannya. Dia akan cenderung takut untuk memecahkan masalah dengan cara yang “dewasa”.

b. Terlalu Menguasai Anak
Orang tua yang otoriter biasanya kurang mau mendengarkan saat anaknya mengajak ngobrol, apalgi meminta sesuatu. Orang tua seperti ini biasanya lebih suka mengatur sang anak dan selalu merasa benar, sehingga dia menginginkan sang anak hanya menuruti apa yang menjadi keinginannya saja. Anak yang dididik oleh orang tua seperti ini biasanya cenderung suka memberontak di luar rumah, namun di dalam rumah dia selalu “terlihat” menuruti apa yang menjadi keinginan orang tuanya.

c. Terlalu protektif
Sebagai orang tua, tentu orang tua harus melindungi anaknya. Hal ini juga sangat penting untuk menunjukkan orang rasa sayang orang tua kepada anak. Misalnya pada saat anak sakit, maka orang tua selalu berusaha ada bersama sang anak. Namun bila terlalu melindungi ternyata tidak baik juga lho… buat perkembangan kepribadian sang anak. Anak yang terlalu dilindungi oleh orang tua, misalnya terlalu membatasi pergaulan, terlalu membatasi tempat bermain anak, dll, biasanya anak menjadi kurang percaya diri atau “minder”. Karena terlalu banyak dibatasi dalam bergaul, maka sang anak menjadi cenderung menutup diri dari pergaulan.

d. Menggunakan Pola Kekerasan
 Pada jaman dahulu, banyak orang tua yang mendidik anaknya dengan kekerasan. Misalnya dengan cara membentak dan menghukum secara fisik. Bila ada orang tua yang dibiarkan untuk menghukum atau mendidik anaknya seperti ini, biasanya sang anak cenderung akan menyukai cara “kekerasan” dalam menyelesaikan masalah dan sulit untuk mengontrol emosi.

e. Terlalu Sibuk
 Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, orang tua tentu harus bekerja. Bahkan tidak jarang seorang anak yang memiliki ayah dan ibu yang berkarir. Namun bila orang tua terlalu sibuk, dan biasanya sibuk dalam bekerja, juga bisa membawa dampak negative juga bagi sang anak. Anak yang memiliki orang tua seperti ini biasanya cenderung “haus kasih sayang”. Karena kurang mendapatkan kasih sayang, sang anak biasanya cenderung mudah percaya dengan orang lain dan apalgi bila sudah percaya sekali dengan orang tersebut. Biasanya anak seperti ini lebih berbahaya saat usianya mulai menginjak remaja.

f. Terlalu memberi kebebasan
Memberikan kebebasan kepada anak dalam mendidik anak kadang perlu juga. Karena pola asuh ini bisa memacu anak untuk lebih berkreasi. Namun bila orang tua terlalu cuek dan kurang memperhatikan pergaulan sang anak, tentu juga akan memeberikan efek yang tidak baik juga bagi sang anak. Syukur kalau anak kita memang anak yang baik dan bisa dipercaya, tapi kalau sebalik anak akan tumbuh menjadi seorang yang susah untuk diatur dan akan bertindak semaunya sendiri.