Rabu, 26 Desember 2012

KEUTAMAAN ORANG BERILMU


Di dalam al-Quran surat al-Mujadalah ayat 11 Alloh ta’ala berfirman (yang terjemahan tafsirnya):  “... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Dalam ayat tersebut Alloh ta’ala menjelaskan bahwa orang yang beriman diangkat derajatnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat beberapa derajat. Hal ini menunjukkan apresiasi tinggi yang diberikan oleh Alloh ta’ala khusus kepada orang yang berilmu.

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “satu orang alim (ahli ilmu) itu lebih berat (untuk digoda) bagi syaitan daripada 1000 orang ahli ibadah (yang tidak berilmu)” (HR. at-Tirmidzi). “Keutamaan orang berilmu dibanding orang yang ahli ibadah adalah bagaikan keutamaan rembulan mengalahkan bintang-bintang” (HR. Abu Dawud).
Orang yang alim, dengan ilmunya, ia bisa memberi pencerahan bagi orang lain. Ia bisa mengajarkan mana yang benar mana yang salah. Sedangkan seorang ahli ibadah yang rajin beribadah namun ia mengerjakannya tanpa ilmu, ia hanya akan menyesatkan orang lain karena ibadah yang ia lakukan tidak sesuai dengan syari’at atau tata cara yang sudah ditentukan dalam agama Islam.


Selain itu, di dalam kitab hadis Shohih al-Jami’ juga diterangkan bahwa Alloh ta’ala memudahkan jalan menuju surga bagi seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu.Tentu, karena dengan menuntut ilmu, seseorang akan tahu mana yang wajib mana yang haram sehingga ia akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Alloh ta’ala dan menjahui apa yang dilarang oleh Nya.

Selanjutnya, dari segi kemanfaatannya, ilmu itu ada tiga macam:

Pertama, ilmu yang tidak bermanfaat. yaitu jika seseorang mempunyai ilmu tapi ia tidak mengamalkannya sehingga ilmu itu tidak bisa memberikan faedah kepada dirinya, apalagi kepada orang lain. Contoh: seseorang mengetahui bahwa sholat itu wajib dan jika tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa. Namun ia tidak melaksanakannya. Ia tidak mengamalkan ilmunya. Nanti di akhirat, orang seperti ini akan menyesal. Sudah tahu, gak mau mengamalkan.

Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ilmu ini adalah ilmu yang diamalkan oleh pemiliknya sehingga ilmu itu menjadikan pemiliknya lebih berkualitas. Contoh: seseorang mengerti bahwa sholat itu wajib serta tahu tata caranya, kemudian ia mengamalkannya.

Ketiga ilmu yang barokah. Yaitu ilmu yang berguna bagi yang pemiliknya karena ia mengamalkannya dan juga bermanfaat bagi orang lain karena ia mengajarkannya. Contoh: seseorang mengerti ilmu sholat.  Selain ia mengamalkan ilmunya sendiri, ia juga mengajarkannya kepada orang lain sehingga mereka mengerti dan mengamalkan apa yang ia ajarkan. Ilmu seperti inilah yang merupakan salah satu amal yang pahalanya akan mengalir terus-menerus walaupun si empunya sudah meninggal dunia. 

(Oleh: Habib Ahmad, Antropologi Unair 2011)

10 Manfaat Silaturahmi dalam Islam

Silaturahmi artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan, sedangkan bersilaturahmi yaitu mengikat tali persahabatan. Jadi, untuk mengikat tali persahabatan itu kapan saja waktunya, dan tidak boleh diputuskan, harus dilanjutkan oleh anak dan keturunannya.

Kita pun sebagai umat Islam telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga hubungan silaturahmi (Q.S. An-Nisaa: 1). Sebagai umat Islam, perintah Allah SWT itu harus dipatuhi. Orang yang mematuhi perintah Allah SWT itu adalah orang yang bertakwa. Takwa artinya terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahmi dalam Islam. Maka melihat pentingnya silaturahmi tersebut, berikut merupakan 10 manfaat Silaturahmi menurut Abu Laits Samarqandi, yaitu:

1. Mendapatkan ridho dari Allah SWT.

2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda   

    Rasulullah SAW, yaitu "Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia."

3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.

4. Disenangi oleh manusia.

5. Membuat iblis dan setan marah.

6. Memanjangkan usia.

7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.

8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang   

     masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika    
     keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.

9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa 

    kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.

10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka   

      bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu 
      mendoakannya.

Demikianlah 10 manfaat dari suka bersilaturahmi,,,

Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang suka bersilaturahmi, Amin



Minggu, 23 Desember 2012

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL REMAJA


PENDAHULUAN

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi anak  yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, sudah seharusnya  menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Zakiyah Daradjat, bahawa kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.

1. Pengertian Pola Asuh orang tua
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.

Sedangkan kata asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak  kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.

Pengertian Pola Asuh Menurut Para Ahli

Banyak ahli psikologi dan sosiologi yang merumuskan pengertian dari pola asuh orang tua menurut cara pandang mereka masing masing. Adapun definisi pola asuh orang tua menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
  • Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga atau mendidik) anak (Singgih D. Gunarsa, 1991 : 108-109).
  • Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa pola asuh  orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam  mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.
  • Menurut Singgih D. Gunarso (2000: 55)   “Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan  kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan” 
  • Sam Vaknin, Ph.D (2009) mengatakan bahwa “Parenting is interaction between parent’s and children during their care”.
  • Kohn  yang dikutip Tarsis Tarmudji menyatakan “Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak- anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya”.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian pola asuh orang tua mengandung pengertian

1. Interaksi pengasuhan orang tua dengan anaknya.
2. Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya.
3. Pola perilaku orang tua untuk berhubungan dengan anak-anaknya.

Pola asuh orang tua adalah suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua sebagai bentuk dari upaya pengasuhan, pemeliharaan, menunjukan kekuasaannya terhadap anak dan salah satu tanggung jawab
orang tua dalam mengantarkan anaknya menuju kedewasaan.
Lebih jelasnya, kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.
Menurut Dr. Ahmad Tafsir seperti yang dikutip oleh Danny I. Yatim-Irwanto Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang  tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

2. Tipe-tipe Pola Asuh orang tua
Beberapa tipe atau sikap-sikap orang tua yang kurang baik, dan tidak menerapkannya dalam mendidik buah hati kita, yaitu :

a. Terlalu memanjakan
Orang tua seperti ini biasanya selalu memberikan apa yang menjadi keinginan sang anak. Memanjakan itu memang perlu agar sang bisa benar-benar merasakan bahwa orang tuanya benar-benar mencintainya. Namun bila terlalu memanjakan ternyata menimbulkan efek negative bagi sang anak. Anak yang memiliki orang tua seperti ini biasanya kurang bisa tegar dalam menghadapi segala masalah. Hal ini dikarenakan sang anak lebih sering menggantungkan segala sesuatunya pada orang tua. Bila kebiasaan orang ini terlalu dibiarkan, maka anak akan mengalami masalah dalam pergaulan. Misalnya pada saat dirinya sedang ada masalah dengan temannya. Dia akan cenderung takut untuk memecahkan masalah dengan cara yang “dewasa”.

b. Terlalu Menguasai Anak
Orang tua yang otoriter biasanya kurang mau mendengarkan saat anaknya mengajak ngobrol, apalgi meminta sesuatu. Orang tua seperti ini biasanya lebih suka mengatur sang anak dan selalu merasa benar, sehingga dia menginginkan sang anak hanya menuruti apa yang menjadi keinginannya saja. Anak yang dididik oleh orang tua seperti ini biasanya cenderung suka memberontak di luar rumah, namun di dalam rumah dia selalu “terlihat” menuruti apa yang menjadi keinginan orang tuanya.

c. Terlalu protektif
Sebagai orang tua, tentu orang tua harus melindungi anaknya. Hal ini juga sangat penting untuk menunjukkan orang rasa sayang orang tua kepada anak. Misalnya pada saat anak sakit, maka orang tua selalu berusaha ada bersama sang anak. Namun bila terlalu melindungi ternyata tidak baik juga lho… buat perkembangan kepribadian sang anak. Anak yang terlalu dilindungi oleh orang tua, misalnya terlalu membatasi pergaulan, terlalu membatasi tempat bermain anak, dll, biasanya anak menjadi kurang percaya diri atau “minder”. Karena terlalu banyak dibatasi dalam bergaul, maka sang anak menjadi cenderung menutup diri dari pergaulan.

d. Menggunakan Pola Kekerasan
 Pada jaman dahulu, banyak orang tua yang mendidik anaknya dengan kekerasan. Misalnya dengan cara membentak dan menghukum secara fisik. Bila ada orang tua yang dibiarkan untuk menghukum atau mendidik anaknya seperti ini, biasanya sang anak cenderung akan menyukai cara “kekerasan” dalam menyelesaikan masalah dan sulit untuk mengontrol emosi.

e. Terlalu Sibuk
 Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, orang tua tentu harus bekerja. Bahkan tidak jarang seorang anak yang memiliki ayah dan ibu yang berkarir. Namun bila orang tua terlalu sibuk, dan biasanya sibuk dalam bekerja, juga bisa membawa dampak negative juga bagi sang anak. Anak yang memiliki orang tua seperti ini biasanya cenderung “haus kasih sayang”. Karena kurang mendapatkan kasih sayang, sang anak biasanya cenderung mudah percaya dengan orang lain dan apalgi bila sudah percaya sekali dengan orang tersebut. Biasanya anak seperti ini lebih berbahaya saat usianya mulai menginjak remaja.

f. Terlalu memberi kebebasan
Memberikan kebebasan kepada anak dalam mendidik anak kadang perlu juga. Karena pola asuh ini bisa memacu anak untuk lebih berkreasi. Namun bila orang tua terlalu cuek dan kurang memperhatikan pergaulan sang anak, tentu juga akan memeberikan efek yang tidak baik juga bagi sang anak. Syukur kalau anak kita memang anak yang baik dan bisa dipercaya, tapi kalau sebalik anak akan tumbuh menjadi seorang yang susah untuk diatur dan akan bertindak semaunya sendiri.
                 




Rabu, 29 Februari 2012

MEMBANGUN GENERASI KUAT YANG SIAP MENGHADAPI ZAMANNYA


Oleh : Drs. A Hidayatullah Al Arifin, MPd.
Dalam perspektif pendidikan, Allah SWT. telah memberikan bimbingan dan petunjuk untuk dijadikan acuan teori maupun konsep dalam menyiapkan generasi penerus untuk mengemban tugas kekhalifahan di muka bumi ini seperti tersirat dalam Al Quran surat An Nisa’ ayat 9 yang artinya sebagai berikut :



“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Sementara Rasulullah SAW juga telah mengintrodusir beberapa konsep dasar pendidikan seperti disebutkan dalam dua buah hadits berikut yang artinya :
1. “ Didiklah anak-anakmu, sebab mereka dilahirkan untuk hidup dalam suatu zaman yang berbeda dengan zamanmu”.
2. “ Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah SWT dari pada orang mukmin yang lemah “.
Dalam perspektif hakekat penciptaan manusia, Allah SWT. telah menciptakan manusia sebagai puncak ciptaan dan makhluk Allah yang memiliki kedudukan tertinggi dengan sebaik-baik bentuk ( QS. At - tiin:4 ).


Sejalan dengan keistimewaan dan kelebihan yang dimilikinya itu maka AllahSWT juga menegaskan dalam Al-Quran bahwa tujuan pokok penciptaan manusia di alam ini adalah untuk mengenal Allah sebagai Tuhannya serta berbakti kepadaNya. Tujuan ini ditempatkan sebagai hal yang penting dalam hubungan dengan penciptaan manusia sebagai makhluk ( yang diciptakan ). Dengan demikian alur kehidupan manusia yang serasi sebagai makhluk, adalah apabila ia dapat mengemban tugas dan tanggung jawabnya dengan tujuan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta semata. Bukan untuk kepentingan di luar itu.
Berpijak dari paradigma tersebut, maka pendidikan Islam menjadi suatu keniscayaan. Karena hanya melalui mekanisme seperti itulah ajaran Islam, nilai-nilai serta budaya keislaman ( Islamic culture ) dapat mengalir dan merasuk dalam jiwa anak untuk dijadikan sebagai penuntun dan petunjuk yang dapat menyelamatkan kehidupan mereka baik di dunia maupun di akherat kelak. Pendidikan Islam dikenal melalui tiga jalur, yaitu : tarbiyah, ta’dib, dan ta’lim yang ketiganya saling bersinergi dan komplementer.
Pertama kali anak memperoleh pendidikan tentu berasal dari lingkungan terdekatnya, yaitu ; kedua orang tua dan lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, kedudukan orang tua dalam pendidikan Islam menempati posisi sebagai pendidik kodrati, yaitu sebagai peletak dasar-dasar ketauhidan pada diri putra-putrinya. Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW bahwa : “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang bertanggung jawab apakah anak-anak akan menjadi seorang Nasrani, Yahudi, atau Majusi.”Rasulullah SAW juga meletakkan empat kewajiban orang tua terhadap anak, yaitu mengazankan, memberi nama yang baik, mengajarkan Al-Qur’an, dan menikahkan mereka setelah cukup usia untuk menikah.
Selanjutnya format pendidikan dan pembinaan nilai-nilai tauhid anak terekam dalam nasehat Luqman al Hakim kepada anaknya sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran sebagai berikut :
Nasehat pertama ; jangan mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar ( QS.31 : 13 ).



Nasehat kedua ; berbuat baiklah kepada kedua orang tuanya. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tua ( QS. 31 : 14 ).




Nasehat ketiga ; jika keduanya ( orang tua ) memaksamu untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada Ku ( QS. 31 : 15 ). 




Nasehat keempat ; sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi; dan berada dalam batu atau di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasnya, sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha mengetahui ( QS. 31 : 16 )



Nasehat kelima ; dirikanlah solat, beramar makruf dan nahi munkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu ( QS. 31 : 17 ).



Nasehat keenam ; janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (menyombongkan diri) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh ( QS. 31 : 18 )



Nasehat ketujuh ; sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai ( QS. 31 : 19 )



Merujuk kepada tuntunan ini, maka pendidikan dalam perspektif tarbiyah lebih menitikberatkan pada nilai-nilai Ilahiyah yang melambangkan bahwa Allah sebagai Rabb al ‘Alamin. Tuhan sebagai Pemelihara, Pelindung, Pemberi rezeki, Pengatur, maupun Penguasa kehidupan alam ciptaanNya. Dengan demikian, tarbiyah lebih diarahkan pada penerapan bimbingan, perlindungan, pemeliharaan, pengarahan dan curahan kasih sayang kepada peserta didik selaku makhluk Tuhan.
Sementara, pendidikan dalam perspektif ta’dib mengacu pada pembentukan sikap disiplin. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pembiasaan, dan pembentukan disiplin yang paling efektif adalah melalui sholat. Pembentukan sikap disiplin pada konsep ta’dib tersebut memiliki sasaran ganda, yaitu disiplin terhadap hubungan sesama manusia, misalnya disiplin kerja, menghargai waktu, sadar hukum maupun tata tertib hubungan antar manusia . Sedangkan sasaran kedua adalah disiplin dalam hubungannya dengan Allah, yaitu terkait dengan nilai-nilai ibadah serta ketaatan dalam pengabdian diri kepada-Nya.
Sedangkan pendidikan dalam perspektif ta’lim memiliki konotasi pembelajaran, yaitu proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan potensi fitrah manusia selaku makhluk ciptaan Allah. Ta’lim sering dipahami sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan potensi akal (intelektualitas), sikap (emosional) dan akhlak ( spiritual ). Islam menempatkan aktivitas menuntut ilmu sebagai bagian dari kewajiban agama. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam harus mampu memberi motivasi kepada anak ( peserta didik ) untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agar mencintai ilmu, menguasai ketrampilan professional, dan dapat memanfaatkan ilmunya sebagai bekal pengabdian kepada Allah.
Oleh karena itu melalui mekanisme tarbiyah, ta’dib, dan ta’lim tersebut insya-Allah dapat terwujud manusia unggul yang kompetitif dan komparatif yang mampu memberi manfaat bagi kehidupan orang banyak. Khair al-Nas anfa’uhum li al-Nas. Itulah sosok insan kamil ; Waladun sholihun yad’ullah, yang sama-sama kita dambakan. Amin

Senin, 27 Februari 2012

Meneladani Akhlak Nabi Muhammah SAW


"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..." (QS. Al-Ahzab: 21)


Hadirin yang Insya Alllah di mulyakan oleh Allah subhanahu waata'ala, pecinta Rasulullah saw, seorang manusia luar biasa yang telah dijamin masuk surga, seorang yang berakhlak mulia yang tidak pernah murka, Rasul terakhir yang tak pernah kikir, pemberi syafaat untuk umat pada hari kiamat yaitu nabiyuna Muhammad saw.

Dalam kesempatan ini mari kita bersolawat untuk membuktikan bahwa kita pengikut setia Rasulullah saw, semoga solawat yang kita bacakan  Allah sampaikan kepada nabi besar Muhammad saw, kepada seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kita semua selaku pengikutnya.
Bapak, Ibu para hadirin,..

Peringatan maulid nabi Muhammad saw adalah satu moment untuk kita lebih mengenal sifat-sifat Rasulullah saw. Sebuah pepatah mengatakan : Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak akan masuk surga. Untuk itu pada kesempatan ini Insya Allah saya akan sedikit mengupas sifat-sifat rasulullah saw, agar kita semua dapat meneladani atau mencontohnya. dan jika kita telah mengetahui sifat- sifat rasulullah tentu dengan mudah kita dapat menjadikan bahwa Rasulullah adalah sebaik-baik contoh yang dapat dijadikan figur tauladan sepanjang zaman.
Jama'ah maulid yang berbahagia,..
Apasaja sifat-sifat rasulullah saw yang perlu di jadikan tauladan ?


Nabi Muhammad saw adalah seorang nabi yang terkenal dengan akhlaknya yang mulia.
Kemuliaan akhlak nabi Muhammad saw bukan hanya diakui oleh kawan tetapi juga diakui oleh lawan, maka tak heran jika ada orang yang dulunya sangat memusuhi beliau akhirnya berbalik 180 derajat menjadi pengikut setia. Dan ternyata rahasia kesuksesan da'wah beliau adalah karena kemulliaan akhlaknya. Dalam Qs. al-Qalam : 4 Allah berfirman :



atrinya : "Sesungguhnya engkau Muhammad benar benar berbudi pekerti yang agung"




Kalau Allah saja memuji akhlak nabi, masa kita tidak mau mencontoh perilaku nabi yang berakhlak mulia, lalu siapa yang akan kita contoh.
Makanya tidak aneh jika pada zaman sekarang ini banyak perilaku para kaum muslimin dan muslimat yang di murkai oleh Allah Swt dan menyimpang dari ajaran yang dibawa oleh rasulullah saw, karena kita belum mencontoh sifat-sifat rasulullah saw. Bahkan ketika seorang remaja ditanya siapa sih orangn  yang  kamu kagumi, diantara mereka ada yang menjawab, orang yang saya kagumi adalah si A padahal Allah belum tentu mengakui kemuliaan akhlaknya. Oleh karena itu mari kita jadikan rasulullah figur yang dapat menjadi contoh dalam kehidupan kita di masyarakat agar dakwah islam terus membahana. Saya yakin jika kita semua umat islam telah dapat mencontoh perlaku nabi besar Muhammad saw maka orang yang dulu membenci islam mereka akan mengakui kehebatan umat islam, amin


Nabi Muhammad adalah seorang penyayang
Allah berfirman dalam Alqur'an  Surat At-Taubah ayat 128 :



Artinya : "Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari dirimu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan kebaikan untukmu, pemaaf dan penyayang kepada orang-orang mukmin"Dalam firman Allah tersebut diatas ada beberapa sifat Rasulullah yang perlu kita contoh antara lain :


a. Beliau rela menderita bersama umatnya dan merasakan penderitaan umatnya.
Sebagai seorang pemimpin Nabi Muhammad adalah orang  yang rela ikut menderita bersama umatnya, sekarang yang timbul di benak kita, sudahkah pemimpin negeri Indonesia tercinta mencontoh akhlak nabi ?
Sudahkah para pemimpin kita rela menderita  dan ikut merasakan penderitaan bersama orang - orang hidup dibawah garis kemiskinan ?
Silahkan dijawab !
Nabi bersabda yang artinya : " Barang siapa yang tidak bersedih dengan musibah yang menimpa kaum muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka". Beliau juga bersabda  : "Sesama muslim harus seperti sebuah tubuh, jika satu anggota menderita sakit, seluruh badan ikut merasakannya". 
Jika para pemimpin kita memiliki sifat ini ssudah tentu tidak ada yang namanya pejabat korupsi, tidak ada rakyat yang kelaparan, dan Insya Allah Indonesia menjadi bangsa yang baldatun, toyibatun warobul gofur.


b. Beliau adalah seorang yang sangat mengharapkan kebaikan sebanyak-banyaknya untuk umat muslim, artinya rasulullah akan ikut bergembira jika dari umatnya ada yang mendapat kebaikan, tak ada rasa iri, dengki dan sifat-sifat tercela lainnya. Gimana dengan kita apakah kita sudah dapat mersakan kegembiraan jika tetangga kita mendapat kesenangan ? Atau kita malahan tidak merasa senang jika ada tetangga yang mendapat kesenangan ?
Silahkan jawab sendiri, apakah kita telah mencontoh sifat rasul, kita sendiri yang tahu jawabannya.


c. Beliau adalah sangat pemaaf dan penuh kasih sayang kepada orang-orang yang beriman.

"Sepeninggal Rasulullah setelah di panggil kembali oleh sang Khalik, bertanyalah sahabat terdekatnya Abu Bakar Sidiq ra. kepada putrinya Aisyah yang juga Istri Rasulullah,
"Wahai anakku.. Sesungguhnya aku adalah orang yang senantiasa berusaha semampu dan sekuat tenagaku melakukan apa-apa yang Rasulullah kerjakan semasa hidupnya.
Aku menghidupkan dan melaksanakan semua sunah dan prilaku Rasulullah..
Katakan kepadaku wahai putriku Aisyah.., adakah satu saja prilaku Rasululllah yang belum aku kerjakan..."
Jawab Aisyah, "ayahanda, sesungguhnya ayahanda adalah orang yang senantiasa mengidupkan sunah Rasulullah... Rasanya tidak ada satupun prilaku dan perbuatan Rasulullah yang terlewatkan dan belum ayahanda kerjakan"
"Cobalah kau ingat lagi Aisyah.. barangkali masih ada satu saja prilaku Rasulullah yang terlewatkan olehku.."
 Setelah berpikir sejenak, Aisyah berkata, "memang ada satu kebiasaan Rasulullah yang belum ayahanda kerjakan, tetapi aku rasa hal itu tidaklah seberapa penting"
 "Katakanlah Aisyah.."
 "Ayahanda.., semasa Rasulullah masih hidup, bila beliau berangkat ke Masjid, beliau senantiasa melewati pasar.
Diujung pasar itu adalah seorang pengemis Yahudi buta yang sudah tua.., Rasulullah senantiasa meminta aku membuatkan makanan, untuk di suapkan kepada pengemis Yahudi buta itu.." ujar Aisyah
 "Kalau demikian buatkanlah untukku makanan yang biasa engkau buatkan untuk Rasulullah..
Akupun ingin menyuapi pengemis Yahudi buta diujung pasar tersebut"
 Pagi-pagi sekali, saat mulai terang tanah, berangkatlah Abu Bakar ra. menuju pasar tempat pengemis Yahudi buta tersebut biasa berada.
 Setelah menemukan tempatnya, Abu Bakar ra. mulai mencoba menyuapi pengemis buta tersebut ..
Akan tetapi pengemis buta itu tiba-tiba menjadi marah.."Siapakah engkau..!" hardiknya.."
 Bukankah setiap pagi engkau biasa disuapi" ujar Abu Bakar ra.
"aku ingin menyuapimu.. adakah dari perbuatanku yang engkau rasakan kurang bagimu ...?"
 Dengan marah Yahudi buta tersebut berkata,
"Orang yang biasa menyuapi aku setiap pagi, adalah orang yang sangat budiman.., sebelum dia menyuapi aku dia senantiasa bertanya terlebih dahulu.., 'bagaimana perasaaanku hari ini'..
Dan aku selalu mengatakan bahwa perasaanku amatlah buruk, karena sedikit sekali orang di pasar ini yang mau mendengarkan peringatanku..
Aku katakan kepada setiap orang di pasar ini agar mereka berhati-hati terhadap seorang manusia yang mengaku nabi, dan bernama Muhammad.., orang itu amatlah jahatnya, karena dia memiliki ilmu sihir dan banyak kejahatan lain, yang membuat kita tersesat dan meninggalkan agama nenek moyang kita..."
 "Diseluruh pasar ini, hanya dialah yang mau mendengarkan seluruh keluhanku sampai selesai, dan sampai hatiku merasa puas.."
 Abu Bakar ra. berusaha mendengarkan cerita Yahudi buta tua itu sampai hatinya puas.
Setelah Yahudi buta itu puas mengeluarkan semua kemarahan dan kebenciannya, kembali Abu Bakar ra. mencoba menyuapi pengemis buta itu.
 Akan tetapi pengemis buta itu kembali berteriak.."Anda bohong.. Anda bukanlah orang yang biasa menyuapiku.."
 "Apalagi kekuranganku sahabat?" Tanya Abu Bakar ra.
 "Orang yang menyuapi aku senantiasa menghaluskan makanan itu sebelum diberikan kepadaku, karena dia tau, bahwa aku sudah tidak memiliki gigi lagi.."
 Abu Bakar ra. lalu menghaluskan makanan yang dibawanya itu, dan sekali lagi mencoba menyuapi pengemis tua itu.
 Akan tetapi kembali pengemis tua itu mengeluh, "anda bukanlah orang yang biasa menyuapi aku, karena orang yang biasa menyuapi aku senantiasa mencium dahiku sebelum dia menyuapi aku..!
Katakanlah siapakah engkau ini? 
Dan dimanakah orang yang selama ini begitu baik kepadaku.."
 Dengan sedih Abu Bakar ra menjawab.. 
"Maafkan aku sahabatku, aku memang bukanlah orang yang biasa menuapimu, aku hanya ingin mengikuti prilakunya.."
 "Baiklah...lalu dimanakah orang budiman itu sekarang? Sudah agak lama dia tidak menghampiriku.."
 Abu Bakar Sidiq ra menarik nafas panjang dan berkata "maafkan sahabatku..orang yang biasa menyuapimu kini telah tiada, dia telah dipanggil kembali oleh sang penciptanya..dia telah meninggal dunia.."
 "Tapi, siapakah manusia budiman itu..? Katakanlah kepadaku.."
 "Orang itu tidak lain adalah orang yang sangat engkau benci seumur hidupmu... Orang itu adalah Muhammad rasulullah..."
 Pengemis Yahudi tua itu terkejut, dan menjadi histeris dan dia menangis sejadi-jadinya..
 Kisah ini, adalah kisah yang mahsur, dan termasuk dalam kisah riwayat hidup Rasullullah..
 Banyak umat islam yang menjadi begitu emosi saat orang menghujat dan menghina Rasulullah, padahal rasulullah sendiri, tidaklah menjadi marah saat orang menghujat dan menghinanya..
 Rasulullah tidak pernah mengajarka umatnya berdemonstrasi.. 
Mengapa pula kita umat Islam berdemonstarsi..? Dan mengganggu para pengguna jalan yang tak tau apa-apa..?
 Rasulullah tidak pernah mengajarkan, bahkan melarang kita menghujat pemimpin didepan umum (hadits sahih Bukhari), mengapa pula kita membiasakan diri menghujat pemimpin kita..?
 Rasulullah tidak pernah menganjurkan, apalagi memberi contoh melalukan teror.
Perang yang dilakukan Rasulullah hanyalah untuk membela diri. 
Mengapa pula sebahagian umat Islam melakukan Teror dan pemboman terhadap orang yang tidak tau menau.... ?
 Siapakah diantara kita yang benar-benar ingin mengikuti ajaran Rasulullah dan menegakkan sunahnya secara berilmu dan penuh kasih sayang...?

Begitulah sebagian kecil akhlak Rasulullah SAW. Marilah bersama-sama kita terapkan dan jadikan panutan. Sungguh, jika semua telah dapat mengikuti akhlak nabi Muhammad saw maka kehidupan yang lebih baik akan terjadi di kampung kita, Insya Allah.

Minggu, 12 Februari 2012

Tanda Cinta Seorang Hamba


Segala puji tentu hanya milik  Allah Swt. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulallah SAW.
Tema yang akan dikupas kali ini adalah sebuah tema yang selalu menarik bagi siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Sebuah tema yang orang tidak pernah merasa bosan untuk mendengarnya ( kecuali orang yang lagi frustasi ). Dan tema ini selalu laris manis ketika dijadikan  sebuah judul lagu, kapan pun masanya serta menarik ketika dijadikan sajak-sajak atau puisi. Tema yang dimaksud adalah CINTA. TepatnyaTanda-Tanda Cinta.

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 165 yang artinya:Dan di antara manusia ada orang-orang yang membuat tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah … 

Cinta bisa diibaratkan lapar dan dahaga. Semua jenis manusia dalam segala usia mulai anak balita, remaja   sampai orang dewasa pasti pernah merasakannya. Meskipun obyek dan kadarnya selalu berbeda-beda. Muara cinta tak terbatas kepada sasaran yang bersifat materi (fisik), tetapi juga melampaui batas-batas imateri (nonfisik).

Orang dengan paham materialisme akan menumpahkan cintanya kepada objek yang bersifat materi/fisik, seperti harta, jabatan, wanita, atau anak-anak. Muara cinta seorang mukmin tentu berbeda. Selain pada yang bersifat materi, seorang mukmin dituntut juga untuk mencintai yang nonfisik. Cinta kepada Allahlah yang merupakan muara terakhir bagi seorang mukmin.

Cinta memang urusan hati. Hanya Allah Swt. dan pribadi yang bersangkutanlah yang mengetahuinya. Seorang suami sebenarnya tidak tahu secara pasti apakah istrinya mencintai dirinya atau tidak. Begitu sebaliknya. Namun, meskipun cinta urusan hati tanda-tandanya bisa kita ketahui.
Adapun tanda- tanda cinta  yang dimaksud di antaranya sebagai berikut :

Banyak mengingat dan menyebut kekasihnya
Orang yang sedang jatuh cinta akan senantiasa mengingat dan menyebut nama sang kekasihnya. Kapan dan di mana saja. Seorang mukmin sejati pun akan senantiasa berdzikir kepada Allah Swt. Segala aktivitas selalu kita awali dengan menyebut Asma Allah yang begitu  indah dirasakan.

Kerinduan yang mendalam untuk senantiasa berjumpa
Jika kita sedang jatuh cinta, maka dengan segala upaya kita berusaha untuk berjumpa, bahkan  para pujangga berkata dalam sepenggal syairnya “gunung tinggi akan kudaki, lautan luas akan kuseberangi demi berjumpa dengan pujaan hati”.  Ketika berjumpa maka segala kerinduan akan tercurahkan. Beitu pula halnya kerinduan seorang mukmin kepada Allah bisa ditempuh melalui sholat, doa, dan ibadah khusus lainnya.
Namun, perjumpaan dengan Allah yang sebenarnya adalah kematian. Maka seorang mukmin tidak boleh takut akan kematian. Kematian akan mengantarkan ke perjumpaan dengan Allah SWT.

Merasakan asyiknya berduaan dengan sang Kekasih
Orang yang sedang jatuh cinta tentu merasa asyik ketika berduaan dengan pasangannya. Dunia seakan milik berdua, yang lain ngontrak. (tetapi ingat yang bukan muhrimnya dilarang berduaan di tempat sunyi).
Orang beriman akan menikmati saat-saat berdua dengan Allah SWT. Shalat fardhu dan sunah jadi kegemarannya. Apalagi shalat malam. Di saat itulah suasana hanya berdua-duaan benar-benar terasakan.

Merasa cemburu
Cemburu merupakan salah satu bukti cinta. Seorang suami atau istri akan cemburu manakala pasangannya diganggu orang lain. Kita pun harus cemburu manakala ayat-ayat Allah dilecehkan atau ada orang-orang yang menyekutukan Allah SWT. Kalau kita diam saja… cinta kita masih dipertanyakan.

Rela berkorban demi sang Kekasih
Pengorbanan menjadi tuntutan cinta. Nyawa pun kadang menjadi taruhannya. Pengorbanan bisa berupa harta, pemikiran, maupun tenaga.

Merasa Ridho
Tingkatan tertinggi dari cinta kepada Allah adalah ridho. Kalau kita sudah ridho dengan Allah tentu tidak akan muncul sikap iri, dengki, bahkan korupsi. Karena kita sudah ridho dengan kehendak-Nya. Dan keridhoan dari Allah SWT sajalah yang dicari oleh seorang mukmin.

Bagaimana, apakah tanda-tanda cinta itu ada pada diri kita? 
Jika tanda-tanda tersebut tidak ada pada diri kita, mari kita pertanyakan seberapa besar cinta kita kepada Allah Swt.

Jumat, 03 Februari 2012

Kisahku

Aku adalah seorang gadis kelahiran 10 Pebruari 1996 dari pasangan orang tua tercinta Bapak Ojak dan Ibu Mariyam.  Aku lahir di kota hujan (Bogor) provinsi Jawa Barat, Indonesia.  Kedua orang tuaku memberiku  nama  Rahmatul Ummah, dengan harapan agar dapat memberikan kebaikan buat umat ini, itu kata ayah dan ibuku dan akupun berharap seperti itu. Aku merupakan anak ke-2 dari empat bersaudara.

Ayahku seorang guru sekolah dasar dan merupakan pegawai negeri sipil. Sedangkan Ibuku seorang ibu rumah tangga.  Kata ayahku, ia mulai bekerja sebagai guru sekolah dasar  sejak tahun 1986 tetapi saat itu hanyalah seorang guru honor di salah satu SD. Negeri yaitu SDN. Surakarya 01 Desa Susukan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Saat itu katanya sangat memprihatinkan karena ia hanya di beri imbalan Rp 12.500,- setiap bulan.  Baru setelah empat tahun bekerja sebagai guru honor, tepatnya tahun 1990 ayahku diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

O, ya. Kok jadi cerita tentang orang tuaku ya.
Tapi ga apa-apa, kan ? Karena aku adalah bagian dari orang tuaku.

Ketika aku berusia 3 tahun aku di sekolahkan di Taman Kanak-Kanak Alusi (TK. ALUSI) yang letaknya kira-kira 1 km dari rumahku. Aku masih ingat saat itu guru TK ku bernama Bu Maisaroh dan Bu Eni. Aku bersekolah di TK hanyalah 1 tahun. Padahal harusnya aku bersekolah minimal 2 atau 3 tahun di TK. Aku sudah bosan bersekolah di TK, aku ingin sekolah di sekolah dasar. Dengan terpaksa akupun oleh ayahku di ajak untuk sekolah di sekolah dasar  tempat ayahku bekerja,  tapi katanya waktu itu statusku hanya anak bawang. Sekolah Dasar  Negeri Bojonggede 03 adalah tempat aku mulai masuk Sekolah Dasar dan aku masih ingat bahwa guruku adalah Ibu Ita Maulita Sari dan Kepala Sekolahku adalah Bapak Tujiman, seorang kelahiran Gunung Kidul. Baru setelah 1 bulan,  statusku sebagai anak bawang  diubah oleh Bu Guruku. Bu Guruku  mengusulkan agar aku dijadikan saja sebagai siswa kelas 1 beneran, karena lagi-lagi katanya, aku sudah mulai dapat membaca.

Jadi mulai milenium kedua tepatnya tahun 2000 sampai tahun 2006 sebagian hari - hariku ku habiskan untuk belajar di Sekolah Dasar Negeri Bojonggede 03. Masih ku ingat nama-nama guruku antara lain : Bu Ita, Bu Rukiah, Bu Amsah, Pak Suhandi, Pak Bahruddin dan bapak, ibu guru lain. Satu ibu guru yang paling ku kenang yaitu ibu guru kelas VI yaitu Ibu Cucu Cuarsih. Para Bapak dan Ibu guru itulah yang telah memberiku bekal untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP. Terimakasih Guruku, semoga Allah Swt membalas segala amal baik mu dengan limpahan pahala dan keberkahan dunia wal akhirat, amin.

Ketika menjelang kelulusan di sekolah dasar, ayah dan ibuku menyarankan agar aku masuk pondok pesantren. alhamdulillah aku dapat memenuhi keinginan ayah dan ibuku. Mendengar aku menerima tawaran untuk masuk pondok pesantren maka, ayah dan ibu kemudian sibuk bertanya dengan beberapa ustadz di kampungku mengenai pondok pesantren. Ayah kemudian mengajakku untuk main di Pondok Pesantren Nurul Hidayah yang oleh orang kampungku menyebutnya pondok pesantren Sadeng. Dengan sepeda motor aku bersama ayah pergi ke Pondok Pesantren Sadeng. Aku rasakan itu sangat jauh.

Akhirnya tiba juga kami di Pondok Pesantren Nurul Hidayah setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam. Maka akupun oleh kakak - kakak di antar melihat - lihat sekitar pondok. Tidak lama aku di sini kurang lebih 1/2 sampai 1 jam. Lalu kamipun pulang.

Dalam perjalanan pulang ayah bertanya tentang pondok yang baru saja kami kunjungi. Aku tahu kalau  ayahku sangat ingin agar aku melanjutkan sekolah di pondok pesantren. Maka ketika ayah bertanya masalah masuk pesantren akupun menjawab ya, aku mau masuk pondok pesantren.

Tahun 2006 aku lulus Sekolah Dasar dan siap untuk melanjutkan ke Pondok Pesantren Nurul Hidayah.